• Latest Stories

      What is new?

    • Comments

      What They says?

Penteng, Permainan Unik Asal Madura

Penteng merupakan nama salah satu permainan tradisional rakyat Madura, khususnya permainan untuk anak-anak. Permainan ini hanya mempergunakan dua potong kayu lurus sebesar ibu jari orang dewasa. Bahan untuk alat permainan ini mudah diper­oleh, karena terdapat di daerah sekitarnya.

Permainan ini tidak mempunyai hubungan dengan suatu peris­tiwa, baik keagamaan maupun upacara tradisional, karena itu per­mainan penteng ini hanya merupakan permainan hiburan yang dalam pelaksanaannya dimainkan pada waktu senggang untuk mengisi kekosongan.


Dalam pelaksanaannya permainan penteng tidak pula diiringi anak-anak ada yang bermain sambil bersiul-siul atau mendendang­kan lagu, hal itu merupakan hal yang biasa sebagai cetusan spontan dari jiwa anak-anak yang gembira. Bagi anak-anak pedesaan me­mang merupakan suatu kebiasaan untuk bermain penteng sambil menunggu padi di sawah atau sambil mengembalikan ternak me­reka di padang.

Permainan ini sangatlah sederhana dan mudah dimainkan. Hampir semua anak-anak dapat memainkannya, karena yang diperlukan hanya keterampilan, kejelian dan sedikit pemikir­an, agar dirinya menang. Selain bersifat hiburan, permainan ini ju­ga bersifat kompetitif karena ada lawan bermain dan ada ketentu­an kalah menang.


Permainan penteng dimainkan oleh anak-anak paling banyak enam orang, kemudian dibagi dalam dua kelompok, masing-masing kelompok tiga orang anak. Selain dimainkan secara berkelompok permainan ini dapat pula dimainkan secara perorangan, yakni sa­tu lawan satu hanya saja bila dimainkan secara perorangan terasa kurang mengasyikkan. Oleh karena itu permainan ia, lebih sering dimainkan secara berkelompok sehingga menjadi lebih semarak.


Pada umumnya penteng dimainkan oleh anak laki-laki, namun tidak tertutup kemungkinan bagi anak perempuan. Asal saja ang­gota kelompok permainan ini harus sama sejenis. Hal ini, disebabkan pada akhir permainan ada acara gindungan (bergendongan), yang kalah harus menggendong yang menang. Para pelaku dari per­mainan tersebut, rata-rata berusia antara enam sampai dengan lima belas tahun dengan tidak membatasi kelompok masyarakat­nya.


Peralatan yang dipergunakan dalam permainan penteng terdiri dari dua bilah kayu sebesar ibu jari dengan ukuran yang berbeda, satu pendek dan satu lagi panjang. Kayu yang pendek, berukuran kira-kira 13 cm, disebut pangkene, sedangkan yang panjang berukuran kira-kira 39 cm disebut panglanjang. Kedua bilah kayu bia­sanya ini terbuat dari kayu gabus, atau dari bambu yang dipotong sedemikian rupa. Selain kedua alat tadi, juga diperlukan sebuah lubang kecil di tanah yang berukuran panjang antara 20—25 cm dengan lebar 5 cm dan dalam lubangnya kira-kira 5 cm. Lubang ini dipergunakan sebagai tempat penyoket (penyukit) pangkene oleh panglanjang.


Apabila peralatan yang diperlukan telah ada, maka dicarilah ter dengan panjang kira-kira sepuluh meter. Setelah disepakati oleh para pemain dan persiapan lainnya telah disiapkan, juga disepakati jumlah nilai yang hendak dicapai (misal nilainya hanya sampai 50 atau 100), maka permainan dapat dimulai.

Para pemain yang berjumlah enam orang ini memilih kawan­nya yang sebaya melakukan “suten” untuk menentukan siapa-siapa yang termasuk teman bermainnya. Yang menang berkelom­pok sama yang menang dan yang kalah berkelompok dengan yang kalah. Jika telah ditentukan masing-masing anggota kelompok, selanjutnya diadakan kembali “suten” untuk menentukan kelom­pok mana yang mendapat giliran pertama bermain (alako kaada). Dua orang anak mewakili kelompoknya masing-masing melakukan “suten” alagi. Bagi kelompok yang menang dalam “suten” menda­patkan giliran pertama untuk alako (bekerja), sedangkan kelom­pok yang kalah bertugas untuk se ajaga (menjaga).


Setelah semuanya disepakati dan kelompok yang alako dan se ajaga telah diketahui, barulah permainan dimulai. Misalnya, kelom­pok 1 yang alako dan kelompok II yang se ajaga Mereka tidak ter­ikat dengan, urutan pemain dalam kelompoknya. Pemain bebas melakukan nyoket (menyukit) lebih dahulu. Kalau terdapat kesa­lahan yang dilakukan oleh seorang pemain di dalam kelompok­nya pada satu tahap permainan yang harus diselesaikan, tidak bo­leh digantikan oleh kawannya untuk menyelesaikan tahapan ber­ikutnya. Temannya harus melakukan dari semula kembali.


Jalan permainan penteng ini, terdiri dari beberapa tahapan yang harus diselesaikan oleh setiap pemain. Tahap pertama, yakni menyoket pangkene dengan panglan­jang. Pemain pertama dari kelompok alako (kelompok I) akan menyoket, pangkene ditaruh melintang di atas lubang kecil lalu dicukit dengan panglanjang ke depan (lihat gambar).


Penyukit yang pandai akan mengarahkan pangkene ke tempat yang tidak dijaga dan diusahakan agar pangkene tidak dapat di­tangkap oleh lawan. Apabila tiga kali berturut-turut dalam tahap ini pangkene tertangkap oleh lawan, berarti kelompok I yang alako gagal dan harus diganti oleh pemain dari kelompok II yang se ajaga. Jika cukitan pertama tidak tertangkap oleh yang se ajaga (kelompok II), maka dari batas berhentinya pangkene tadi oleh panglanjang yang ditaruh melintang di atas lubang. Jika pangkene mengenai panglianjang berarti penyukit pertama gagal dan diganti oleh penyukit kedua dari kelompok I. Juga dinyatakan gagal apabila cukitannya dapat ditangkap oleh kelompok II. Selanjutnya penyukit kedua sekarang melakukan cukitan dan kalau berhasil (artinya tidak tertangkap dan tidak mengenai panglanjang) ia dapat melanjutkan ke tahap berikutnya.


Pada tahap kedua, yaitu memukul pangkene dengan panglan­jang. Kedua alat itu dipegang dengan tangan kanan, pangkene di­lemparkan ke atas lalu dipukul dengan panglanjang (lihat gam­bar). Bila pangkene yang melayang tidak dapat ditangkap oleh lawan, kelompok I memperoleh nilai dengan mengukur jarak ja­tuh pangkene ke lubang, diukur dengan menggunakan panglan­jang. Kalau pangkene dapat ditangkap oleh lawan dan dilemparkan kembali ke lubang, atau ketika jatuh dan ternyata masih bergerak lalu disepak ke arah lubang sehingga jarak pangkene ke lubang tidak lagi sepanjang panglanjang maka gagallah penyukit kedua itu penyukit ketiga dengan dimulai dari cukitan pertama. Sebaliknya bila masih dapat diukur baik di muka atau di belakang lubang, dianggap hidup dan memperoleh nilai. Maka pemain dapat melan­jutkan tahap berikutnya.

About Unknown

Salam hangat dari saya, semoga apa yang saya bagikan tentang keanekaragaman budaya, wisata, kuliner, sejarah dan info berita yang ada di Indonesia bisa bermanfaat buat pembaca semua (Admin).

No comments:

Leave a Reply


Top